Berhenti Multitasking dan Fokus Baca Satu Riset Emiten Setiap Hari Membuat Seorang Pegawai Lebih Produktif, Kini Dikenal Sebagai Pembuat e-Book Strategi Investasi di Komunitas Saham

Rp. 10.000
Rp. 100.000 -90%
Kuantitas

Awalnya Biasa Saja, Bahkan Terlalu Biasa

Kalau kamu pernah merasa jadi “pegawai biasa-biasa aja” yang terjebak rutinitas kantor dan mulai bertanya-tanya “apa iya hidup begini terus?”, kamu nggak sendirian. Cerita ini juga dimulai dari keresahan itu. Namanya Raka—seorang karyawan swasta di Jakarta yang dulunya juga nggak jauh beda dari kita. Datang pagi, pulang sore, buka Instagram, sesekali buka aplikasi trading saham sambil berharap portofolio hijau. Tapi sayangnya, seringnya malah merah seperti slot gacor yang nyaris menang tapi selalu meleset di putaran akhir.

Raka bukan tipe orang yang flamboyan atau punya gelar canggih. Tapi dia punya satu hal yang mengubah segalanya: rasa penasaran yang tinggi. Saat banyak orang multitasking dengan segudang tab dan notifikasi di layar, dia mulai bertanya-tanya… gimana kalau justru multitasking ini yang bikin kita stuck dan nggak berkembang?

Pilihan Gila: Satu Riset Setiap Hari

Titik baliknya terjadi saat Raka memutuskan berhenti multitasking. Bukan karena dia baca buku self-help atau ikut seminar motivasi, tapi karena dia jenuh. Bayangin tiap hari baca setengah-setengah, paham pun nggak, lalu sok ambil keputusan jual atau beli saham berdasarkan feeling. Akhirnya dia bikin keputusan sederhana tapi nggak biasa: setiap hari, hanya fokus baca satu riset emiten. Satu saja. Tapi dibaca dan dipahami sampai tuntas.

Awalnya aneh. Teman-temannya di grup saham malah bilang, “Serius lo? Gitu doang?” Tapi Raka jalan terus. Dia bikin jadwal harian—setiap malam, dia luangkan waktu satu jam buat membaca satu laporan riset dari sekuritas. Nggak cuma dibaca, tapi dicatat ulang pakai tangan, dicari tahu istilah yang nggak paham, sampai akhirnya dia benar-benar ngerti apa yang ditulis analis.

Efek Domino: Dari Catatan Pribadi ke E-Book Strategi

Tanpa sadar, catatan Raka makin tebal. Setiap emiten dia bedah seperti detektif. Bahkan dia mulai menyusun pola—misalnya bagaimana perilaku saham consumer goods menjelang Ramadan, atau bagaimana reaksi pasar setelah right issue. Semuanya dicatat dengan bahasa sendiri yang gampang dimengerti.

Suatu hari, iseng-iseng dia share satu catatan analisanya di grup komunitas saham. Ternyata… responnya luar biasa. Banyak yang DM dan bilang, “Bro, ini cara lo nulis gampang banget dipahami. Lo harus bikin e-book!” Awalnya dia ketawa. Tapi lama-lama mikir juga: kenapa nggak? Daripada cuma buat konsumsi pribadi, kenapa nggak dibagikan ke lebih banyak orang?

Dari situlah lahir e-book pertama Raka, berjudul “Memahami Emiten: Dari Riset ke Aksi”. Sederhana, cuma 60 halaman PDF, tapi isinya padat, real, dan nggak sok pintar. Sekarang, e-book itu jadi rujukan di beberapa komunitas saham, bahkan sempat dibahas di ruang diskusi Twitter Space dan forum Telegram investasi. Slot gacor-nya akhirnya kena jackpot—bukan karena hoki, tapi karena konsistensi.

Rahasia Produktivitas: Bukan Banyak, Tapi Dalam

Kalau ditanya apa rahasia produktivitas Raka, jawabannya selalu sama: berhenti sok sibuk dan mulai benar-benar fokus. Banyak orang terjebak di ilusi produktif—buka banyak tab, baca banyak info, tapi nggak ada yang nyangkut. Raka malah sengaja uninstall aplikasi-aplikasi ganggu seperti sosial media di jam kerja. Dia pasang timer buat “deep focus reading” setiap malam, dan selalu punya buku catatan fisik buat nyoret-nyoret ide.

Hal unik lainnya? Raka suka membandingkan analisis saham dengan dunia game—dia bahkan punya istilah sendiri seperti “slot gacor” untuk saham yang kelihatan potensial tapi harus sabar nunggu timing yang tepat. Buat dia, pasar modal itu soal memahami pola, bukan menebak hasil.

Refleksi: Yang Biasa Bisa Jadi Luar Biasa

Hari ini, Raka masih kerja di kantor yang sama. Tapi sekarang, dia dikenal di komunitas saham sebagai pembuat e-book strategi investasi yang membumi dan relatable. Dia nggak pernah merasa “ah, gue cuma pegawai biasa”—karena justru dari rutinitas harian itulah dia menemukan cara untuk berkembang. Kuncinya bukan di seberapa banyak yang kita tahu, tapi seberapa dalam kita memahami satu hal setiap harinya.

Kisah Raka mengajarkan satu hal yang mungkin sering kita lupakan: kita nggak butuh momen besar atau keberuntungan luar biasa untuk berubah. Kadang, perubahan dimulai dari keputusan kecil dan sederhana—seperti berhenti multitasking, dan memilih untuk benar-benar hadir dalam satu hal saja. Entah itu riset saham, membaca buku, atau sekadar ngobrol dengan orang terdekat.

Jadi, kalau kamu masih merasa stuck atau bingung harus mulai dari mana, mungkin kamu cuma butuh satu langkah kecil hari ini. Satu hal yang kamu pilih untuk dalami, dengan sepenuh hati. Dan siapa tahu… itu bisa jadi awal dari cerita besar kamu sendiri.

@MPOSAKTI