Siapa sangka, kebiasaan kecil di ruang tamu rumah nenek bisa mengantarkan seorang mahasiswa biasa jadi pembicara rutin di berbagai webinar finansial? Ini bukan kisah dramatis dari film, tapi cerita nyata tentang Dani, mahasiswa semester akhir jurusan Manajemen yang awalnya lebih sering gugup saat berbicara di depan umum daripada menang main slot gacor di game online. Tapi semuanya berubah karena satu hal sederhana: cerita.
Awalnya Cuma Pendengar Setia Cerita Kakek
Dani tumbuh besar di rumah neneknya di Solo. Setiap malam, sebelum tidur, ada satu rutinitas yang nggak pernah dilewatkan: mendengar cerita kakek. Dari kisah masa muda saat berjualan di pasar sampai cerita-cerita fiksi buatan sendiri yang kadang kocak, kadang penuh makna. Tanpa disadari, Dani jadi terbiasa menangkap ritme cerita, ekspresi wajah, sampai jeda yang bikin orang penasaran.
Waktu SMA, Dani pernah diminta jadi MC acara sekolah. Deg-degan? Banget. Tapi dia ingat satu trik dari kakeknya: “Kalau kamu nggak tahu mau ngomong apa, ceritakan saja sesuatu. Orang suka dengar cerita.” Dari situlah Dani mulai mengandalkan cerita sebagai ‘senjata rahasia’-nya dalam berbicara di depan orang.
Gabung Komunitas Saham Karena Iseng, Jadi Ketagihan Sharing
Di awal kuliah, Dani mulai tertarik dengan dunia investasi. Awalnya iseng beli saham blue chip karena denger dari temen. Tapi makin lama makin penasaran, akhirnya gabung ke komunitas saham online. Di sana, dia sering baca diskusi para investor muda. Tapi satu hal yang bikin dia beda: dia lebih suka nyeritain pengalamannya pakai gaya storytelling daripada bahas teknikal analisis.
“Daripada aku jelasin indikator RSI atau candlestick yang ribet, mending aku ceritain gimana rasanya beli saham pertama, deg-degannya lihat harga turun, sampai senangnya waktu dapet dividen pertama,” cerita Dani di salah satu unggahannya. Ternyata, banyak yang relate. Komennya rame, dan dari situlah dia mulai sering diajak jadi pembicara di forum komunitas.
Gaya Bercerita yang Bikin Orang Nyaman
Ada satu hal yang bikin Dani stand out: dia nggak ngasih kesan ngajarin atau merasa paling tahu. Justru dia suka pakai analogi yang sederhana dan lucu. Misalnya, dia pernah nyamain strategi investasi dengan main slot gacor—bukan ngajak judi, tapi buat nyindir pola pikir orang yang pengennya instan dan hoki terus tanpa paham risiko.
Dani juga punya kebiasaan unik: sebelum ngomong di depan orang, dia ngobrol dulu sama dirinya di cermin. Bukan buat narsis, tapi buat ngelatih ekspresi dan intonasi. “Aku bayangin kayak lagi ngobrol sama kakek, jadi lebih santai,” katanya. Pendekatan yang terasa manusiawi dan membumi ini justru bikin audiens merasa dekat, kayak lagi dengerin temen sendiri cerita pengalaman.
Diundang Webinar? Deg-degan Tapi Siap
Setelah beberapa kali sharing di grup komunitas, Dani mulai dapat undangan buat jadi pembicara di webinar finansial. Pertama kali? Keringat dingin. Tapi dia punya ritual: nulis dulu poin-poin penting dalam bentuk cerita, bukan bullet point. Jadinya bukan presentasi kaku, tapi alur cerita pengalaman pribadi.
Dalam satu webinar yang diikuti lebih dari 1.000 peserta, Dani cerita soal kesalahannya dulu beli saham gorengan karena ikut-ikutan. Alih-alih malu, dia justru membalutnya dengan humor dan pembelajaran. “Waktu itu rasanya kayak main slot gacor—klik sekali, berharap cuan selamanya. Eh, malah zonk!” katanya sambil tertawa. Dan itu justru bikin audiens tertarik dan ingat pesan yang disampaikan.
Refleksi: Cerita Itu Jembatan, Bukan Ceramah
Sekarang Dani nggak hanya aktif jadi pembicara, tapi juga mentor kecil-kecilan buat teman-temannya yang ingin belajar public speaking. Bagi Dani, cerita adalah jembatan paling alami untuk menyampaikan ide. “Kita ini tumbuh dari cerita. Dari dongeng sebelum tidur sampai kisah sukses di medsos. Jadi kenapa nggak pakai itu buat sharing hal yang lebih besar?” katanya.
Kisah Dani ngajarin satu hal penting: pendekatan itu penting. Nggak harus pintar teori, tapi pintar membungkus pesan jadi cerita yang nyentuh. Kadang, keberhasilan bukan soal siapa paling pintar, tapi siapa yang paling bisa nyambung sama orang lain.
Penutup: Belajar dari Kehidupan, Bukan Cuma Buku
Kisah Dani membuktikan bahwa public speaking nggak selalu harus dimulai dari panggung besar atau pelatihan mahal. Kadang, cukup dari ruang tamu kecil dan cerita sederhana yang bikin hati hangat. Dan siapa sangka, kebiasaan dengerin kakek bisa jadi jalan menuju panggung webinar finansial?
Jadi, buat kamu yang masih takut bicara di depan umum atau merasa nggak punya gaya sendiri, mungkin jawabannya bukan di buku teori. Coba aja mulai dari cerita—cerita kamu sendiri. Karena dalam dunia yang penuh informasi, cerita yang tulus dan relate akan selalu punya tempat. Dan siapa tahu, besok giliran kamu yang jadi inspirasi orang lain.